Jurnal Suku Madura

Orang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapat ditemukan di berbagai wilayah tanah air. Jiwa merantau dan desakan ekonomilah yang mengakibatkan orang Madura terdapat di berbagai wilayah tanah air. Tidak terlalu banyak suku bangsa Indonesia yang memiliki jiwa merantau. Suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Batak, termasuk suku bangsa Jawa khususnya orang Wonogiri dan Gunung Kidul adalah contoh suku bangsa lain yang mempunyai jiwa merantau. Pada
umumnya alasan desakan ekonomi dan faktor kelangkaan sumber daya alam, yang mendorong
orang-orang dari berbagai suku bangsa ini harus tinggal di rantau.


 



ada beberapa hal yang perlu ditekankankembali. Pertama, Madura merupakan bagian dari Pulau Jawa, dan penduduk Madura yang pertama juga berasal dari Jawa. Kedua, Islam pertama kali datang ke Madura bukan melalui Walisongo, tetapi melalui kontak dagang antar pulau yang dilakukan orang Gujarat terutama diwilayah Madura bagian timur (Sumenep). Namun, penyebaran islam di
Madura berlangsung secara massif setelah Walisongo melakukan islamisasi di pulau Jawa, termasuk di Madura. Ketiga, keberhasilan Walisongo dalam mengembangkan agama Islam di Madura tidak lepas dari strategi dakwah yang diterapkan, yaitu cara-cara arif dan bijaksana (bi al-hikmah), nasihat-nasihat yang baik (mau’idlah hasanah), teladan yang baik (uswah hasanah), dialog yang baik (al-mujādalah bi al-latī hiya ahsan), serta bersidat akomodatif terhadap budaya lokal yang ada. Keempat, Madura selalu identik dengan keIslaman, maka tidak heran kalau orang luar berpendapat bahwa karakter orang Madura sebagai orang yang beriman.






Di antara sekian banyak tradisi lokal yang kini sudah mulai tergerus  atau bahkan sirna  dalam sisi-sisi aktualitas perilaku oreng Madura adalah tradisi membangun model rumah ala Madura, seperti roma bangsal, roma pegun dan roma pacenan, tradisi taneyan lanjang dan penggunaan aksara anacaraka, atau yang lebih dikenal dengan sebutan carakan Madura. Sementara itu, terdapat beberapa
tradisi yang masih tetap eksis, kendati mulai mengalami pergeseran -atau bahkan degradasi- makna, seperti tradisi kerrapan sape dan Carok. Di samping itu, terdapat beberapa tradisi yang masih melekat kuat pada sebagian besar masyarakat Madura, yakni tradisi hormat menghormati yang tercermin dalam ungkapan Bhuppa’ Bhabhu’ Ghuru Rato dan tradisi manjag [saronen].


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Observasi Kampung Tajur (Kahuripan)

Kepercayaan Lokal Suku Flores

Resume Suku Toraja