Resume Suku Asmat
A.
Asal usul Suku Asmat
Suku Asmat
adalah nama lain dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian
banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah satu yang membuat
suku asmat cukup dikenal yaitu hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas.
Beberapa motif atau ornamen yang sering digunakan dan menjadi tema utama dalam
proses pemahatan yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema
nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Seringkali ditemukan
ornamen atau motof lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka
percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam
kematian. Hal ini dilakukan suku asmat untuk mengenang arwah para leluhur
mereka.
Penduduk Suku Asmat umumnya memiliki ciri fisik yang sangat khas,
yaitu berkulit hitam dan berambut kriting. Populasi Suku Asmat ini sendiri
terbagi menjadi dua, ada sebagain yang tinggal di pesisir pantai dan mereka
yang tinggal di pedalaman. Suku Asmat menyebar dan mendiami di sekitar pantai
laut Arafuru dan sebagain ada di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Hingga sekarang
dapat diperkirakan jumlah orang yang masuk dalam Suku Asmat adalah sekitar
40.000 orang. Dahulu Orang-orang Suku Asmat tinggal tersembunyi jauh di dalam
hutan-hutan namun, seiring berjalannya ẘ̊aktu mereka mulai menyebar dan
bermukim di satu tempat membentuk sebuah desa.
Pemukiman suku
Asmat terpusat di sekitar tiga sungai besar, yaitu Sungai Undir,Sungai Asewetsy dan Sungai Siretsy. Ketiga sungai itu mengalir dan bertemu di TelukFlamingo. Pemukiman suku Asmat terdiri dari rumah panggung (cem), di atas tiang-tiangperanca setinggi kira-kira 1 sampai 1,5 meter, berjejer berhadap-hadapan di pinggirsungai. Hal itu sebagai bagian dari sistem pertahanan mereka terhadap serangan musuh yang biasanya datang melalui sungai. Rumah-rumah cem dihuni oleh keluarga inti.
Suku
Asmat tinggal di daerah sekitar di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat ini sendiri terdiri dari suku bangsa Asmat hilir dan Asmat Hulu. Suku Asmat
hilir tingga di dataran rendah yang sepanjang pantai yang tertutup hutan
rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat hulu bertempat tinggal didaerah
bukit-bukit dengan padang rumput yang luas, mereka menggunkana bahasa lokal
yaitu bahasa Asmat.
Roh-roh dan Kekuatan Magis
Roh-roh dan Kekuatan Magis
1.
Roh
setan
Kehidupan
orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka memiliki
kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk
halus, yang semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2
kategori :
a.
Setan
yang membahayakan hidup: Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang
Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti
setan perempuan hamil yang telah meninggal atau setan yang hidup di pohon
beringin, roh yang membawa penyakit dan bencana (Osbopan).
b.
Setan
yang tidak membahayakan hidup: Setan ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai
setan yang tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka
menakut-nakuti dan mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh
yang sifatnya baik terutama bagi keturunannya, yaitu berasal dari roh nenek
moyang yang disebut sebagai yi-ow.
Sebelum agama
Kristen masuk, suku Asmat sangat mempercayai roh-roh yang ada disekitarnya.
Sehingga apapun yang berkaitan tentang kejadian-kejadian yang ada selalu
dihubungkan dengan kepercayaannya terhadap roh-roh yang membahayakan maupun
menyelamatkan hidupnya.
Sistem
Kepercayaan masyarakat Suku Asmat meyakini bahwa mereka adalah
keturunan dewa yang turun dari dunia gaib dan berada di seberang laut di
belakang ufuk, tempat matahari terbenam
tiap hari. Masyarakat Asmat meyakini bahwa dewa nenek moyang itu dulu mendarat
di bumi di suatu tempat yang jauh dari pegunungan.Berdasarkan mitologi,
masyarakat asmat berdiam di teluk Flamingo dewa itu bernama Fumurifitis.
Upacara Adat dan Kepercayaan Suku Asmat
Dalam kehidupan masyarakat Suku
Asmat, upacara-upacara ritual diselanggarakan tidak secara besar-besaran yang
memakan banyak biaya, tenaga dan mengembangkan secara luas hubungan- hubungan
antar kelompok, meskipun sebagian besar penduduk Irian Jaya, telah menganut
agama kristen katolik dan protestan, namun sampai saat ini mereka masih
menjalankan beberapa upacara ritual, sehubungan dengan lingkaran (daur) hidup,
serta aktifitas sehari-hari, dengan demikian upacara-upacara yang mereka
laksanakan dapat dikategorikan atas upacara daur hidup dan upacara adat lainya.
Upacara besar menyangkut seluruh
komunitas Desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan Roh Nenek moyang nya,
seperti :Mbismbu (pembuatan tiang);Yentpokmbu (pembuatan dan
pengukuhan rumah yew); Tsymbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung);Yamasy
pokumbu (upacara perisai);Mbipokumbu (upacara topeng)
a. Ucapaca Kelahiran
Dalam tradisi
orang suku Asmat, mereka sangat menjaga dengan baik generasi penerus mereka.
Ketika bayi baru pertama kali lahir, keluarga dan orang suku Asmat lainnya
mengadakan serangkaian ritual seperti, acara pemotongan tali pusar menggunkan Sembilu,
sebuah alat dari bambu yang di lanjarkan. Selanjutkan sang bayi di beri ASI
sampai mereka berusia 2-3 tahun.
Upacara Pernikahan
Masyarakat suku
Asmat memiliki ucapaca khusus dalam mengadakan pernikahan. Laki-laki yang akan
menikahi perempuan terlebih dahulu harus “membeli” wanita dengan memberi
pilihan berupa mahar piring antik dan uang yang senilai dengan perahu Johnson
(Sejenis perahu motor untuk melaut).
Macam-macam
adat perkawinan yang berkembang di suku Asmat sebagai berikut:
1.
Adat
virilokal adalah garis keturunan orang asmat yang ditarik berdasarkan
garis keturunan orang tua laki-laki.
2.
Adat
levirat adalah pernikahan seorang janda dengan saudara kandung bekas
suaminya yang telah meninggal.
3.
Adat
tinis adalah pernikahan seorang anak
yang diatur oleh orang tuanya.
4.
Adat
tinis adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang hubungannya
sudah diketahui oleh orangtua.
5.
Adat
mbeter yakni kawin lari yang artinya seorang pria melarikan gadis yang
disenanginya.
Upacara kematian
DAFTAR PUSTAKA
Boelars, Jan.Manusia
Irian. 1986.Gramedia. Jakarta.
Maryone, Rini. Totemisme Pada Budaya Asmat. Balai Arkeologi
Jayapura.
Hidayah, Zulyani. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2015.
Agung S, Ranang. Kebudayaan Suku Asmat.
Komentar
Posting Komentar